Judul*: | Mengapa Ayah Membenci Aku |
Isi*: | Ada pasangan suami-istri yang mempunyai dua orang anak, yang pertama anak perempuan yang bernama Bilqis dan yang kedua anak laki-laki yang bernama Ikra. Kedua kakak beradik ini sangat berbeda dalam hal belajar ataupun olah otaknya. Ikra sangat kurang dalam hal belajar, olah otak yang rendah terutama untuk membaca dan menulis. Ikra dikenal sebagai seorang anak yang nakal dikeluarganya, itu sebabnya mengapa ayah Ikra sangat membencinya. Suatu pagi saat semua pada sibuk. Ayahnya pergi ke kantor, kakaknya pergi ke kantor, kakaknya pergi sekolah tapi tidak halnya dengan Ikra. Ikra yang sudah siap dengan seragam sekolah dasarnya inipun malah bermain air di kolam renang rumahnya, sehingga seragam sekolahnya basah kuyup. Ayahnya pun menghampiri Ikra dan memukulnya tapa belas kasihan dan memarahinya habis-habisan. Ikrapun diseret oleh ayahnya ke ruang makan dimana disitu ada ibu dan kakaknya Bilqis yang sedang menikmati sarapan. Ayah Ikra berkata "Nih, lihat anakmu yang semakin hari selalu bikin masalah saja". Ibunya pun langsung memeluk Ikra dan membelanya, dan ayah Ikra terus saja menekan dan mencaci maki Ikra hingga membuat dia menangis. Setiap hari Ikra mendapat tekanan, omelan dari ayahnya yang semakin hari semakin membencinya. Karena masih kecil, Ikrapun hanya dapat menangis, merintih, dan selalu dekat dengan ibunya. Seiring waktu yang terus berlalu ayahnya berfikiran untuk menyekolahkan Ikra ke Pondok Pesantren terbaik agar sifat Ikra yang bodoh dan nakal itu berubah. Tak perlu berfikir panjang, ayahnya hari itupun juga memaksa Ikra agar mau disekolahkan di Pondok Pesantren. Namun ibunya menetang dengan pendapat suaminya itu, tetapi apalah daya istrinya itu dan akhirnya Ikra tetap berangkat ke Pondok Pesantren itu. Beberapa jam telah berlalu, keluarga itupun tiba di Pondok Pesantren yang sangat jauh dengan rumahnya. Ikra terus menangis dan memaksa ayahnya untuk tidak dipondokkan, karena ingin selalu dekat terus dengan keluarganya. Namun tak dihiraukan dengan ayahnya, setelah bericara dengan pengurus Pondok Pesantren, ayah dan ibunya Ikra langsung pergi ninggalin Ikra. Pengurus Ponpes terus membujuk Ikra agar mau sekolah di situ, dan akhirnya Ikrapun mau meskipun masih menangis terbahak-bahak. Tiap waktu, tiap hari Ikra selalu menangis dan menyebut-nyebut terus nama ibu dan kakaknya. Hari demi hari ikra belajar dan mengaji di ponpes tersebut, namun ikra sama sekali belum ada perkembangan, ikra dikenal sebagai anak yang paling bodoh dikelasnya, suatu ketika ikra disuruh maju kedepan kelas dan disuruh membaca tulisan yang ada di papan tulis itu. Guru berkata, "ikra, coba kamu baca tulisan di papan tulis ini," ikra menjawab, "tidak bisa dibaca bu guru. Tulisannya seperti menari-nari dan nggak beraturan, aku tidak bisa membacanya bu guru," bu gurunya hanya mampu menggeleng-geleng kan kepalanya karena melihat ikra yang benar-benar bodoh. Setelah jam pelajaran usia. Guru yang mengajar ikra langsung membicarakan dia langsung kepada guru-guru lainnya. Salah satu guru ada yang mengaku sudah tidak tahan karena kelakuan dan perbuatan ikra yang menyebalkan karena kebodohannya. Waktu terus berlalu, sudah sekian guru yang telah mencoba untuk membuat ikra berubah namun hasilnya selalu nol, pengurus ponpes pun kebingungan karena sudah tak ada guru lagi yang sanggup mengajari ikra yang benar-benar bodoh itu. Tak lama kemudian, ada seorang wanita muda yang melamar jadi guru di ponpes tersebut dan mau untuk mengajari ikra hingga bisa membaca dan menulis sebut saja dia aisyah ini pun menghampiri ikra yang sedang duduk sendirian ditaman. "hai, kamu yang bernama ikra ya?" guru itu berkata. "iya, kok ibu guru tahu?" jawab ikra. "siapa sih yang gak kenal sama yang namanya ikra?" kata bu guru. Ikra terheran dan anak sama wanita itu, namun wanita itu terus saja merayu. Membuat ikra tersenyum, dan selalu mencoba agar ikra terlihat ceria terus. Lama kelamaan bu guru ini melihat ada sesuatu yang berbeda dengan ikra. Ikra bukan seperti anak-anak yang lain. Menurut ikra adalah anak yang sangat spesial baginya. Sehingga dia sangat tertarik dengan ikra dan ingin mencari tahu kenapa sebenarnya dengan ikra yang tidak bisa membaca dan menulis. Pada rata-rata anak seumuran ikra sudah bisa membaca dan menulis. "ikra sebenarnya anak yang cerdas, tapi kenapa ia tidak bisa membaca? Apa karena dia tidak pernah mendapat didikan dari keluarganya ataupun karena hal lain?" fikirnya terheran-heran. Pada saat itulah bu guru aisyah mulai peduli dan kasihan terhadap ikra, dia mulai mencari artikel-artikel penyebab mengapa anak berusia 8 tahun seperti ikra masih belum bisa membaca dan menulis. Beberapa saat kemudian, bu aisyah pun menemukan artikel yang diderita ikra, dalam artikel ini dijelaskan bahwa penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan pada otaknya. Sehingga tulisan apa yang mereka lihat selalu tak beraturan, terbalik dan seringkali terlihat menari-nari penyakit ini disembuhkan dengan memberikan si penderita perhatian tidak menekan dia selalu berusaha mengajari membaca dan menulis dengan cara bagaimana saja. Situlah bu aisyah mulai memikirkan bagaimana cara mengajar ikra agar ikra dapat segera paham, bisa mengingat apa yang akan diajarkan bu aisyah Bu aisyah sangat yakin kalau ikra bisa membaca dan menulis dia mengajak ikra untuk makan di kantin ponpes, setelah keduanya telah duduk di kursi kantin, bu aisyah menyuruh ikra untuk memilih menu makananannya. Dan ikra pun hanya bisa menunjuk menunya saja tanpa tahu makananan apa yang sedang ikra pilih. Melihat bu aisyah yang prihatin dengan keadaan ikra, ikra merasa ia tidak pantas makan disini karena ia bodoh. Lalu saat itu juga ikra lari keluar kantin dengan perasaan yang sedih. Bu aisyah pun langsung menghampiri ikra yang sedang menangis dan meratapi kekurangannya." Aku gak pantas bu makan di kantin itu, kata ayah saya, hanya orang yang pintar yang boleh makan di tempat seperti itu. Aku kan bodoh bu aisyah, jadi saya tidak pantas makan disitu" cerita ikra pada bu aisyah. "kenapa kamu berpikiran seperti itu? Ayah kamu itu telah salah, siapa pun boleh makan disini termasuk kamu ikra," meyakinkan ikra agar ia tidak seperti itu lagi. Namun setelah bu aisyah bilang seperti itu, ikra malah lari dan pergi meninggalkan bu aisyah. Bu aisyah pun membiarkan ikra pergi. Dia berfikir mungkin ikra butuh sendiri dan tidak mau diganggu dia paham betul dengan perasaan anak-anak. Setiap hari selalu diajari oleh bu aisya tanpa ada paksaan, tekanan, atau apapun yang membuat mental ikra turun. Bu aisyah selalu sabar mengajar ikra, dia lakukan cara apapun saja dan dengan metode apa saja untuk mengajar ikra. Sampai pada suatu hari, bu aisyah dipanggil oleh pengurus ponpes. "bu, anda tidak bisa setiap hari menjadi guru privatnya ikra. Anak-anak yang lain pun juga harus ibu ajar." Kata pengurus ponpes. Sebelumnya saya minta maaf pak, bukan maksud saya meninggal anak-anak yang lain. Tapi ikra harus diberi pelajaran yang khusus, supaya ikar bisa membaca dan menulis." Kata bu aisyah. Tapi bu, saya tidak bisa membayar anda jika anda hanya mengajar ikra saja."jawab pengurus ponpes. Saya tidak keberatan kalau tidak anda bayar pak, bu. Saya iklas mengajar ikra membaca dan menulis," sahut bu aisyah. "ya sudah kalau itu yang ibu aisyah, saya tidak bisa memaksa lagi."jawab pengurus ponpes. Terima kasih pak telah mengizinkan saya untuk menjadi gurunya."Ujar bu aisyah penuh gembira disisi lain dirumah keluarga ikra, ibunya sangat merindukan dan sangat kwatir dan bagaimana keadaan dia sekarang. Lalu ibunya bicara sama suaminya kalau ingin sekali bertemu dengan ikra. Tanpa basa basi suaminya menolak permintaan istri, menurut dia, buat apa menengok anak yang bodoh, dan dia juga bica satu hal kalau ikra belum bisa merubah kebodohannya. Istrinya tidak boleh bertemu dengan ikra. Namun sang istri tidak menghiraukan omongan suaminya dia pun menjenguk dengan sembunyi-sembunyi. Setelah tiba di ponpes, ibunya ikra melihat ikra yang sedang bermain dan belajar dengan bu aisyah. Sembari melihat terus. Bu aisyah pun melihat ibunya ikra dan disuruh untuk memenuhi ikra. Ikra sangat senang sekali karena bisa bertemu dan bisa memeluk ibunya lagi. Namun tak beberapa lama ibunya pergi karena takut ketahuan suaminya sedang menjenguk ikra. Tanpa disadari oleh sang suami kalau istrinya atau ibunya ikra selalu menanyakan perkembangan ikra dengan bu aisya melalui pesan singkat. Pada suatu hari ibu ikra bercerita pada ayahnya ikra. Karena kalau ikra sudah ada perkembangan, meskipun tidak terlalu banyak. Ibunya berfikir, mungkin dengan menceritakan perkembangan ikra yang semakin hari semakin baik ini bisa membuat suaminya tidak semakin membenci dan mengatakan ikra itu anak yang bodoh lagi. Sehingga suaminya pun tidak membenci ikra dan mengajak kembali ke rumah. Namun dugaan ibunya itu salah, suaminya itu tetap keras kepala. Menjawab, "kalau masih perkembangan seperti itu berarti masih bodoh. Udahlah, yang namanya anak bodoh itu seterusnya akan bodoh" ujar ayahnya penuh emosi. Ibunya ikra hanya bisa menangis tapi dia tidak ingin terus menerus melihat anaknya di bilang bodoh oleh suaminya. Di ponpes, ikra pun sudah melakukan banyak sekali perubahan, dia sekarang sudah bisa membaca meskipun masih terbata-bata, menulis dan mengaji dari kekurangan seperti itu, ternyata ikra mempunyai bakat dan kelebihan. Dia bisa menggambar sangat bagus, dia anak yang kreatif . mengetahui ikra bisa menggambar, bu aisyah memulai memasukkan gambar-gambar sebagai media pembelajarannya, disamping itu agar ada sensasi yang berbeda dalam mengajar bu aisyah juga ingin ikra cepat paham, intinya kalau ditanya tentang gambar-gambar yang ditanya dengan bu aisyah ikra selalu menjawab itu gambar siapa dan selalu menjawab dengan benar., sembari ibu ikra selalu terus menerus menanyakan kabar dan perkembangan ikra pada bu aisya, lalu diceritakan pada suaminya. Suaminya tetap saja tidak percaya dan tidak memikirkan perkembangan apa saja yang telah dilakukan oleh ikra. Melihat bu aisyah sering berhubungan dengan istrinya, ayah ikra pun datang ke ponpes menemui dan bicara agar tidak berhubungan dan tidak mengajar ikra lagi, namun, pada saat itu bu aisyah mulai menasihati dan memberitahu ayahnya ikra bahwa apa yang dia perbuat selama ini pada ikra hanya bisa membuat ikra tertekan karena selalu dimarahi dan dibilang bodoh, bu aisyah menganggap ayah ikra salah besar dalam mendidik ikra" asal bapak, tahu bukan dengan kekerasan bukan dengan tekanan anak menjadi pintar. Yang ada mereka malah lebih setres coba tolong pahami perasaan anak. Anak itu hanya perlu kasih sayang tanpa adanya tekanan."tegur bu aisyah kepada ayah ikra dan meninggalkan. Ayah ikra terus berpikir, apa benar yang dikatakan oleh bu aisyah. Ingin Melihat ikra tambah pintar dan disegani banyak orang, bu aisyah pun mendaftarkan ikra mengikuti lomba menggambar tingkat nasional yang kebetulan di selenggarakan di ponpes tempat ikra sekolah. Tahu pada waktunya lomba, bu aisyah yang selalu memberi dorongan, ikra untuk bisa menjadi juara, bu aisyah yakin akan memenangkan perlombaan ini dan ikra akan menjadi terkenal. Lomba menggambar pun dimulai, ikra sangat antusias mengikuti perlombaan ini, hingga pada saatnya selesai menggambar semua peserta mendengarkan hasil penilaian dan siapa yang akan menjadi juara. Tak lama kemudian hasil pun telah dikeluarkan dan ternyata benar dugaan bu aisyah, kalau ikra yang menjadi juara. Ikra pun sock banget dan tidak percaya, dia senang kalau dia telah memenangkan perlombaan tersebut. Ikra langsung mengambil piala dan langsung memeluk bu aisyah dan bilang terima kasih kepada bu aisyah yang selalu memberikan semangat kepadanya. Akhirnya menjadi anak yang terkenal karena dirinya masuk di majalah-majalah dan fotonya pun terpasang kalau dia sudah menjadi juara tingkat I kalau dia menjadi juara nasional. Ibu dan kakaknya pun tak ketinggalan tentang kabar bahagian ini. Kakak ikra langsung menunjukkan kepada ayahnya kalau sekarang ikra bukan anak yang bodoh lagi. Ikra sudah menjadi anak yang pandai mendengar dan sudah melihat perkembangan ikra seperti itu, ayahnya pun langsung berpikir dan merenung." Mengapa aku sama sekali bahwa ikra adalah anak yang sangat berbakat, mengapa selama ini membencinya karena dia bodoh." Dalam hatinya berkata seperti itu. Ayah, ibu, besertanya kakanya pun pergi ke ponpes untuk bertemu dengan ikra. Mereka tak sabar melihat ikra yang tengah menjadi bahan pembicaraan karena prestasinya. Ibunya pun langsung memeluk erat-erat kemudian ayahnya menghampiri dia dan berkata" nak kamu telah menjadi anak pintar, maafkan ayah yang selama ini telah meremehkan kamu dan membencimu, ayah khilaf dengan perbuatan ayah."kata ayah ikra penuh dengan penyesalan." Sebelum ayah minta maaf, aku sudah memaafkan ayah kok. Lagian ikra tidak sama sekali membenci ayah." Jawab ikra. Lalu ayahnya menangis dan memeluk ikra. Ikra pun bahagia karena ayahnya telah berubah. Kini ikra bisa berkumpul lagi dengan keluarganya ikra sangat berterima kasih kepada bu aisyah yang selama ini telah mengajarinya tanpa di beri imbalan. Ikra tidak akan melupakan kebaikan bu aisyah yang sudah dianggap ibu sendiri oleh ikra. |
Nama*: | fajar febby |
Jenis Kelamin: | Perempuan |
Email*: | fajar_fbi16@yahoo.com |
Powered by EmailMeForm